Sabtu, 17 Mei 2014

I closed when I opened then I opened when I closed

Diposting oleh cynthiamaydee di 20.14
Angin.
Kau membawa senyumku melayang bersamamu, membuatku kesal sesaat karena kau mengacak rambutku. Aku yang terdiam—menyandar pada bangku malah untuk merapikannya. Aku menatap dalam pantulan wajahku di layar laptop yang hitam. Berusaha menyelami mataku sendiri, namun aku tak mampu layar itu terlalu gelap sehingga aku tidak menemukan titik tepat mataku. Jariku mengusap touchpad dan kemudian layar hitam itu berubah menjadi sebuah foto yang diambil di salah satu objek wisata. Dalam foto itu terlihat sekiranya ada 6 cewek dan 4 cowok dalam senyum dan gaya berfoto yang berbeda-beda. Semua senyumnya memancarkan kebahagian tersendiri. Aku tersenyum tipis, aku merindukan saat itu.


Sesadarnya aku dalam lamunan singkatku mengenang saat kami bersama-sama ke tempat itu, aku memerhatikan isi kelasku. Beberapa sedang mengerjakan tugas, makan siang, bersenda gurau, dan fokus pada gadget-nya. Aku masih terdiam. Dan pandanganku kembali pada layar laptopku.

Ke mana saja kau dua minggu ini?
Aku berteriak pada diriku sendiri. Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, kembali lagi ke Minggu, Senin lagi, Selasa lagi, Rabu lagi, Kamis lagi, Jumat lagi, Sabtu, dan bertemu lagi dengan Minggu, hingga hari ini, Senin. Kau ke mana saja!? Aku kembali berteriak dalam jiwa.


Kau di sini, ya dua minggu ini kau selalu di sini. Duduk di bangku ini bersama teman sebangkumu, bersenda gurau bersama teman-temanmu, berteriak-teriak sesuka hati, melakukan hal konyol, ya itu semua kau lakukan selama dua minggu ini.

Namun mengapa aku merasa kosong? Aku lupa dengan dua minggu ini. Well, aku melakukan sedikit percakapan dengan diriku sendiri.

Karena matamu tertutup. Seseorang di dalam tubuhku menjawab. Tertutup? Ya, walau kau tertawa keras tetapi matamu hanya memandang kesedihan yang mendalam. Tidak sedetikpun matamu matamu memandang kebahagian dari orang-orang di sekitarmu. Jiwamu kosong. Seseorang itu kembali menjawab. Kosong? Ya, kau menjalani hari seolah kau baik-baik saja namun ternyata, tengoklah jiwamu. Kau membiarkannya kosong, kau membiarkannya terlarut-larut dalam kesedihan. Otakmu menangis. Ia berkata lagi, kali ini aku ingin menutup telinga. Menangis? Namun aku tetap bertanya. Ya, otakmu memutar ulang semua kenanganmu dan menangisi semuanya. Dan kau membiarkan itu semua terjadi walau kau bertindak seolah kau sudah berpikir selain hal itu.


Aku mengusap wajahku lelah. Kemudian tersenyum. Aku kembali! Teriakku pada diriku sendiri. Bukankah aku bodoh dua minggu hanya membiarkan diriku sendiri terlarut dalam kesedihan? Ya bodoh. Biarkan saja semuanya pergi, jangan membencinya, jangan mencoba melupakannya secara instan. Anggap saja Dia adalah kisah yang telah berakhir. Dengan begitu secara perlahan aku pasti melupakannya. Amin.

Tertanda,
Author

#180514

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cynthiamaydee's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review