Senin, 30 Juni 2014

[Fanficiton] The Three Angel Chapter 1

Diposting oleh cynthiamaydee di 22.49
cynthiamaydee proudly present
new holiday fanfiction 
2014©this-is-cynthia.blogspot.com



Starring
Kwon Yuri
Im YoonA
Seo Joo Hyun
another kpop idol


WARNING! TYPOS EVERYWHERE! 

this fanfiction... Begin!

Chap 1

Seoul, South Korea, 1989
            Tak...
            Tak...
            Tak...
            Denduman hak sepatu boot menggema saat menyentuh permukaan lantai kayu. Mantel musim dingin hitam pekat menutupi seluruh lekuk tubuh mungil yeoja itu. Sama sekali tidak membuat tubuh mungilnya hangat saat diterpa hujan salju beberapa detik lalu.
            “Bagaimana bisa rumah asri seperti ini tidak ada tungku penghangat.” omelnya entah tertuju pada siapa.
            “Ah? Kau sudah sampai rupanya, Kim Taeyeon.”
            Kim Taeyeon yang merasa terpanggil mendongakkan kepalanya, dan tersenyum saat manik cokelatnya menangkap sesosok yeoja tak kalah cantik dengannya tersenyum, menunjukan eye-smile, “Mana Sica?”
            “Maju saja 3 langkah.” sahut yeoja yang tetap berdiri di lantai dua.
            Taeyeon tidak langsung maju, melainkan menatap tajam sofa merah-darah di hadapannya, “Beruang seharusnya aktif saat musim dingin.” ucapnya kemudian barulah Ia melangkah ke dapur.
            Yeoja yang berdiri menggenggam erat pagar kayu di lantai dua itu hanya tertawa. Namun, beberapa detik kemudian ia merasa isi perutnya sedang dikocok-kocok membuatnya harus berlari ke toilet kemudian memuntahkan isi perutnya. Namun, nihil. Tidak ada yang keluar. Ia hanya sekedar mual.
            “Mm... Tiffany kau punya wine?” tanya Taeyeon dari dapur, ia sibuk menggeledah kulkas milik Tiffany tanpa sadar sang pemilik kulkas sedang kesakitan di toilet.
            “Tidak. Sudah ku habiskan.” tutur seorang yeoja bersurai pirang yang acak-acakan, “Oh? Kau bangun?”
            “Girls...” Tiffany berlari memeluk Jessica dan Taeyeon dengan berlinang air mata, “Kenapa?”
            “Si... Si... Siwon... Dia... Dia memberiku anak.”
***
Incheon, South Korea, 2009
            Malam musim gugur yang cukup dingin. Terutama bagi para pejalan kaki yang iseng melihat suasana pantai Incheon di malam hari. Beberapa orang telah memilih kembali ke rumah untuk sekedar merapatkan jaket dan berbagi uap panas.
            Tetapi dinginnya malam itu tidak menggoyahkan pendirian seorang yeoja dengan rambut berantakan. Ia terus duduk di atas pasir putih dan menatap kosong ke lautan luas sana.
            “Seo...” segelombang suara yang membawa namanya terdengar tepat di telinga yeoja itu walau tertutup rambut. Alih-alih mengedarkan pandangan, yeoja itu menjawab, “Ke mana saja kau selama 6 jam ini?”
            Ucapan dingin tanpa ekspresi itu tidak segera dijawab oleh sang penyulut pembicaraan itu, “Jjong... Kau di sana?” tutur Seohyun—yeoja yang berdiam diri di pantai.
            “Ya. Tentu aku masih di sini.” jawab namja di sebrang sana.
            Seohyun membetulkan letak earphone tersembunyinya, “Kau di mana Kim Jonghyun? Tak tahu kah kau sudah lebih dari 6 jam aku duduk di sini?” tanya Seohyun terdengar lelah.
            Namja di sebrang sana kembali tidak menjawab. Seohyun tahu namja yang ia panggil Kim Jonghyun itu pasti sedang sibuk menghisap sebatang tembakau gulung,
            “Aku merubah tempat kita bertemu.” jawab Jonghyun kemudian.
            Seohyun yang mulai resah dan kesal bangkit kemudian melepas satu earphone yang menempel di telinga kirinya, “Ku rasa tidak perlu lagi kita bahas masalah ini. Kau tahu, kau sangat...” Jonghyun berhasil memotong omelan yeoja berwajah polos itu, “Aku membawa pesananmu. Yeoja yang ternyata cantik juga.”
            Seohyun terdiam. Ia menghentikan langkahnya dan melepaskan tangannya yang siap melepas earphone satunya lagi, “Di mana kau sekarang?”
            “Hahaha... Parkiran taman Incheon.”
***
            Cantik. Bertubuh indah. Pintar. Kaya. Famous. Bertalenta.
            Betapa lengkap sudah kehidupan seorang Jung Soo Jung, atau mungkin lebih dikenal sebagai Krystal Jung. Yeoja muda yang baru genap berumur 18 tahun itu sedang membaca buku kimia di ruang tunggu sebuah butik terkenal di daerah Myeondong.
            “Krystal cantik... Kemarilah. Lihat dress ini.” Seorang namja cantik dengan penampilan modis keluar dari sebuah bilik bercat pink. Menandakan bilik itu adalah bilik percobaan milik sang namja untuk mencocokan kain dan warna dengan desain yang sudah ia buat sebelumnya di ruang kerjanya.
            Krystal mendesah lelah sebelum menutup buku dan beranjak dari sofa bulu-nya. Mendekati sang desainer ‘rempong’—menurut Krystal—itu dan menyentuh perlahan dress merah marun dengan hiasan bulu merak di dada sebelah kiri, “Kain yang bagus oppa.” puji Krystal kemudian.
            Namja modis yang memang seorang desainer itu tersenyum kemudian menyerahkan dress yang tergantung di gantung baju hitam kepada Krystal, setelah itu ia merapikan rambut pirang se-bahunya. Krystal menatap Heechul Kim—desainer itu—aneh kemudian kembali angkat suara, “Style yang bagus oppa. This day full of pink. Aku suka kacamata pink mu itu oppa.”
            Krystal beranjak ke kamar pas saat Heechul memuji-muji dirinya sendiri. Diam-diam ia terkikik saat menyadari bahwa Heechul sangatlah narsis. Saat sadar bahwa dirinya ditunggu oleh Heechul di luar kamar pas sana, Krystal segera berganti pakaian. Memasangkan dress merah marun ke tubuh indahnya.
            “Krystal... Palli.”
            Heechul Kim kembali menatap jam tangannya. Dan apa yang ia tunggu-tunggu keluar juga.
            Krystal Jung—model kesayangannya, keluar dengan sangat cantik dan perfect di mata Heechul. Terutama karena dia memakai dress rancangannya. Heechul memang tidak pernah selesai memuji kecantikan dan keindahan tubuh Krystal jika modelnya itu sudah berjalan ke arahnya terlebih dengan dress rancangannya, “Perfect.” Heechul mengacungkan dua jari tangannya.
            “Boleh aku memberi saran oppa?” tanya Krystal. Heechul mengangguk, “Sure.”
            “Dress ini terlalu sempit di pinggang. Membuat bentuk tubuh kita menjadi aneh. Mungkin bagi orang seperti ku tidak. Tetapi bagi yang menyimpan banyak lemak di perut walau ia terlihat kurus bagaimana? Calon pembeli dress oppa ini kan tidak hanya aku dan orang-orang seperti ku.” saran Krystal panjang lebar dan berhasil membuat Heechl ternganga. Bukan karena merasa diremehkan oleh Krystal. Namun ia merasa, Krystal memiliki bakat sepertinya.
            “Perfect. Kau berbakat. Mulailah belajar desiner, oke cantik.” Heechul mencolek pipi Krystal kemudian pergi menuju ruangannya sendiri.
            “Terlihat cantik.” Asisten pribadi Heechul mendatangi Krystal kemudian memberi pujian—Krystal tahu ujung-ujungnya namja jangkung berwajah China ini akan memaksanya secepat mungkin melepas dress Heechul.
            “Hankyung oppa. Aku sudah hafal sikapmu. Tunggu sebentar, biarkan aku berganti dulu.” sahut Krystal beranjak ke kamar pas. Membuahkan tawa enyah dari asisten pribadi Heechul—sebut saja Hankyung.
           
            Hankyung dan Krystal berjalan bebarengan menuju ruang kerja Heechul dengan tangan penuh membawa berbagai macam dress rancangan Heechul. Sesekali tawa mengikuti langkah mereka, “Dan kau tau Soojung... Pada akhirnya namja bodoh itu tercebur di sungai Han. Bodoh sekali...”
            Krystal tidak berhenti tertawa, apa yang baru saja diceritakan oleh Hankyung sangatlah menghiburnya, “Oppa, kau bisa kimia?” tanya Krystal tiba-tiba. Sangat tidak nyambung dengan percakapan mereka sebelumnya.
            “Hm... Kau ingin aku mengajarimu?”
            “Ayolah oppa. Besok aku ulangan. Jangan bilang tidak bisa. Aku tahu kau hebat di IPA.” sahut Krystal dengan tampang memohon. Hankyung mendengus, “Apa-apaan yeoja ini? Kenapa kau sama saja dengan Heechul?”
            Krystal masih memohon, “Oppa... Ajari aku atau aku akan mencontek.”
            Sensitif. Hankyung tipe orang yang sangatlah sensitif dengan kata-kata mencontek, siapa pun yang kenal dengan Hankyung terjamin akan dimusuhin Hankyung hanya karena ketahuan mencontek olehnya. Namja tampan bertampang China itu mendengus sekali lagi, “Kau ini. Baiklah. Tapi traktir aku makan...”
***
            Di tempat lain yang masih sama-sama terangkup di negara bernama Korea Selatan, seorang yeoja jangkung dengan tubuh indah sibuk bergelut dengan alat-alat keras di gedung Gym.
            “Hai Yul.” Seorang namja bertubuh kekar menepuk bahu Yuri. Membuat yeoja sexy itu membalikan badan, “Hallo Taec.” sapanya balik kepada sang pelatih gym-nya.
            “Kau terlalu sibuk ber-gym, lihat ada panggilan masuk untukmu.” Entah sejak kapan ponsel Yuri berada di tangan Taecyeon. Yeoja itu melotot kemudian merebut ponselnya, “Kau tidak membuka-bukanya kan?” tanyanya curiga. Kalau barang lain sih Yuri tidak peduli.
            Taecyeon mengerutkan kening, “Tidaklah. Aku hanya mengambilnya karena kau meletakannya di samping tas dan kebetulan ada panggilan masuk.” Yuri mengangguk kemudian menjauh dari Taecyeon. Menghirup udara segar dari balkon yang menyajikan pemandangan super duper indah. Kota Seoul di malam hari yang dilihat dari daerah Namsang.
            “Yoboseyo?”
            “Beri tahu aku, siapa yang perlu ku dapatkan?” suara kalem milik seorang yeoja yang Yuri sendiri tidak tahu keberadaannya, langsung di sambut meriah oleh telinga Yuri.
            “Memang kau di mana?”
            “Incheon.”
            Seutas seringai tak berarti berukir di bibir Yuri, “Si Choi kecil.”
            Tawa sinis di sebrang telfon sana lah yang menjawab, “Tepat.”
***
            “Kau kah Choi Jinri?”
            Tangisan. Mengapa semua yeoja remaja hanya bisa menangis saat di situasi seperti ini—sungguh memuakan bagi Seohyun yang sudah berhadapan langsung dengan Choi Jinri, “Jangan menangis. Aku hanya ingin tanya—Kau...? Tahu siapa anak Jessica Jung?”
            Jinri terdiam. Bukan sedang berpikir yang mana anak Jessica Jung di tengah ratusan temannya. Ia terdiam karena bingung, harus menjawab ‘tahu’ atau ‘tidak tahu’.
            “Jinri-yya. Kau tahu namja itu?” Seohyun menunjuk Jonghyun yang sedang merokok di luar mobil. Jinri tidak menjawab, Jinri tidak mau yeoja iblis—menurut Jinri—ini mendengar segelombang suaranya.
            Melihat Jinri yang bungkam, Seohyun tersenyum kemudian menjelaskan paksa siapa Jonghyun, “Dia pecinta sex. Dia itu bad boy. Hanya dengan melihatmu seperti ini, ia juga ingin merasakanmu. Kau tak tahu maksudku bocah kecil? Aku bilang ia bisa saja mengambil harga dirimu. Dan membuangmu begitu saja setelah merasakanmu. Kau mau—?”
            Ancaman. Saat itu juga Jinri mengutuk Seohyun, hanya kutukan dalam hati. Jinri tetap bungkam, “Dasar. Bocah ini benar-benar tak berguna! Habiskan saja malammu bersama Jonghyun!” Seohyun membentak Jinri sebelum membanting pintu mobil. Ekspresi marahnya tergambar dengan jelas dan sangat kontras dengan ekspresi Jinri. Wajahnya yang terlihat lelah berlinang air mata, yeoja itu terus menangis, menangis pilu dengan meminimkan volume-nya, “Minho oppa. Minho oppa...” Di sela-sela isakannya, ia masih sempat memanggil nama seseorang.
            “Hai Jinri...” sapa Jonghyun kembali duduk di kursi kemudi. Senyuman mesum khas-nya terpahat jelas di bibir sexy-nya, senyuman itu membuat bulu roma Jinri berdiri. Jinri merasakannya, namja bernama Jonghyun itu akan benar-benar mengambil ‘milik’-nya yang terpenting itu.
            Saat Jonghyun mengunci semua pintu mobil, tangis Jinri semakin keras. Tetapi itu tidak menggetarkan hati Jonghyun, namja itu justru tersenyum dan berkata, “Kau ingin di mana? Ku rasa motel kedap suara sudah cukup. Pertahankan jeritanmu. Sesampainya di motel baru kau boleh menjerit sesukamu.”
            Jinri mengutuk hari ini. Mengutuk Seohyun. Mengutuk Jonghyun. Mengutuk siapa saja yang terlibat dalam penculikan ini. Bahkan ia juga mengutuk dirinya sendiri, “Lepas... Lepaskan aku... Biarkan ... Aku pulang!”
            “Stt... nikmati saja malam ini.”
           Jinri mencoba bangkit dan menyandar pada pintu, perlahan tapi pasti ia memukul-mukul kaca jendela, “KAU! KELUARKAN AKU!!” Seohyun yang memang tidak mendengar jeritan Jinri menggidikan bahu kemudian masuk ke mobilnya sendiri.
            Tamatlah riwayatmu Choi Jinri.
            “MINHO OPPA!!”
***
            Namja jangkung dengan tubuh sixpack itu mensejajarkan langkahnya dengan seorang yeoja cantik, mereka melangkah dalam keheningan dan kedamaian malam. Tak banyak yang bisa mereka bicarakan, bukan karena mereka memang pendiam. Melainkan mereka sedang sama-sama bergelut di pikiran masing-masing.
            “Anyway, Yul... Kenapa kau tiba-tiba menanyakan Jessica Jung?” tanya si namja sembari merapatkan tali tas punggungnya. Yuri menoleh, “Kau tidak akan percaya saat aku berkata alasan sesungguhnya.”
            Taecyeon hanya bisa mengikuti Yuri yang tiba-tiba masuk dan langsung duduk ke sebuah rumah makan kecil bergaya China, Taecyeon jadi teringat janji Yuri tadi. Jika ia berhasil memberi informasi tentang Jessica Jung, Yuri akan meneraktirnya, “Soju?” Yuri menyodorkan sebotol soju yang sempat ia ambil saat masuk.
            “Thanks...” Taecyeon menerima botol itu kemudian meneguknya, “Alasan ku, karena aku penasaran.”
            Manik hitam bening bak onyx itu membesar, tetapi melihat senyuman Yuri seolah menjadi penawar ketidak percayaannya, “Ani. Aku percaya...”
            Kali ini ganti manik Yuri lah yang membesar, ia tidak menyangka pelatih gym-nya punya sisi berbeda. Sisi yang tidak sempat terpikir bahwa ia memilikinya saat pertama bertemu, “Thanks kalau begitu...”
            “Bukan begitu Krystal Jung!” seru seorang namja yang duduk bersama yeoja di meja pojok. Bukannya penuh oleh makanan, meja bernomor 4 itu penuh dengan buku. Yuri menoleh dan menatap tajam dua orang itu,
            “Lalu bagaimana? Cara yang sedari tadi oppa ajarkan, aku tidak bisa.” keluh yeoja yang sudah pasti Krystal Jung. Manik Yuri semakin membesar, ia pernah mendengar nama Krystal Jung. Dan wajah Krystal Jung mengingatkannya pada seseorang.
            “Yul...”
            “Taec, menurutmu ada kemungkinan tidak Krystal Jung itu—anak Jessica Jung?” tanya Yuri menunjuk Krystal. Setelah menoleh kilat, Taecyeon langsung menjawab sebelum meneguk segelas soju, “Ada.”
            Sesuatu bergetar di saku celana jins Yuri, membuat sang empu harus merogohnya. Setelah melihat nama yang tertera di layarnya, Yuri bangkit, “Aku ada urusan penting. Pakai saja kartu ini untuk membayar. Aku pergi dulu—“ Yuri berlari meninggalkan Taecyeon.
            “Aish... Apa-apaan yeoja itu!”
            Sekonyong-konyong, Taecyeon mulai tertarik dengan satu namja dan satu yeoja yang sedang mendebatkan rumus Kimia itu. Dengan hati mantap, Taecyeon beranjak dan mendekati meja nomor 4 itu, “Itu namanya Konfigurasi Elektron. Jika kulit ke n itu 4 berati kulit ke 2n2 pasti 32.” sambung Taecyeon.
            “Nah—“ Hankyung mengetuk kepala Krystal, “Apa ku bilang?! Mengapa kau ngotot kalau 16?!”
            “Maaf.” ucap Krystal sembari tertunduk. Tetapi, beberapa detik kemudian, ia sudah menyuruh Taecyeon duduk bersama mereka untuk belajar bersama. Mereka belajar Kimia bersama cukup lama.
            Setelah hampir satu jam bergelut ke dua orang ini, Taecyeon mulai mengeluarkan rencana aslinya, “Kalian tahu mengapa aku pintar Kimia? Karena aku menyukainya.”
            “Jinjja? Apa yang membuatmu suka? Aku saja benci.” tutur Krystal.
            Entah mengapa, eskpresi Yuri tadi yang memancingnya untuk melakukan ini, “Karena aku fans dari seorang Jessica Jung. Dan aku tahu Jessica Jung pandai Kimia.”
***
            Kicauan burung yang membangunkan seorang yeoja. Kicauan yang dikutuk oleh sang yeoja karena ia benar-benar tidak mau membuka matanya. Entah mengapa ia malah berharap meninggal saat ini juga.
            “Jinri-yya... bangun—“ Jonghyun yang sedang memakai handuk baju menyentuh pangkal kepala Jinri. Membuat Jinri mengeliat kemudian semakin menutupi tubuh-nya yang full naked dengan selimut.
            “Jinri-yya...”
            “Lepas!” bentak Jinri menepis tangan Jonghyun.
            Jonghyun yang tahu perasaan Jinri hanya tersenyum, “Mandilah. Aku sudah menyiapkan seragammu plus breakfast special.” Terdengar langkah Jonghyun yang menjauhi ranjang lalu menutup pintu.
            Jinri sama sekali tidak bergeming, ia tetap menidurkan tubuh panjangnya di ranjang empuk yang sudah berantakan, ‘sekolah ia bilang. Tidakkah ia berfikir tubuhku sakit semua! Sial—‘ batin Jinri. Sesaat kemudian, ponsel Jinri berdering dan mengingatkannya bahwa hari ini ada ulangan Kimia. Jinri yang merasa kesulitan dalam kimia tidak mau harus ulangan sendiri. Makanya, ia terpaksa membawa tubuh-nya yang kesakitan itu beranjak ke kamar mandi.

            Jonghyun memasuki kamar motelnya dengan wajah segar. Ia merapikan kemeja biru tua-nya dan itu membuat Jinri yang sedang memasang dasi kupu-kupu terpekik, “K... Kau masih SMU?”
            “Hm... mm...” Jonghyun mendekati Jinri kemudian merapikan rambut panjang Jinri, “St.Velate International High School.” ucapnya tepat di telinga Jinri. Lagi-lagi yeoja itu terpekik, ‘Siswa SMU terpandang kenapa berkelakuan seperti ini—?’ batinnya lagi.
            “Jinri-yya. Dengarkan aku... Jangan sekali-kali kau berani bilang apa yang telah ku perbuat semalam. Siapa yang kau temui semalam dan apa yang ia katakan semalam. Jika kau berani membuka mulut sedikit saja, akan ku pastikan. Oppa mu...” Jonghyun menegakan tubuhnya yang sedari tadi membungkuk untuk mensejajarkan Jinri yang terduduk—pasalnya, apa yang telah diperbuat Jonghyun semalam benar-benar membuat Jinri tidak dapat berjalan, boro-boro berjalan, berdiri saja sakit sekali. “Riwayatnya akan segera berakhir.”
            Jinri terdiam kemudian mendongakkan kepalanya, “Jika... Jika aku hamil?” tanyanya setengah takut.
            “Hm...” Jonghyun menatap Jinri manis—sorotan matanya sangat manis, tidak menonjolkan kesan mesum, “Berdoa saja aku ingat kalau itu anakku.” ucapan yang menusuk langsung ke hati Jinri, “Ayo berangkat!”
***
            “Kenapa menatap luar terus?” seorang namja mengusap bahu yeoja cantik yang berdiri menyandar kepada pagar balkon apartement berbintang di LA bertumpu dengan sikunya.
            Yeoja itu menoleh kemudian mencium kilat bibir sang namja, “Pemandangan cantik yang langka ku temui.”
            “Kau jatuh cinta pada LA?” namja tampan dengan tinggi semampai merengkuh pinggul si yeoja, “Ani. Mengapa oppa bertanya seperti itu?” jawab si yeoja tetap saja melempar pertanyaan,
            “Im Yoona, Kau ini lebih sering menatap LA daripada kekasih mu yang tampan ini—“ ujar si namja menciumi pundak Yoona. Yeoja terpanggil Yoona itu tersenyum kemudian menjawab, “Karena LA lebih cantik daripada oppa.”
            “Jelaslah... Aku ini tampan. Kau ini...”
            Kim Kibum—kekasih Yoona, beranjak ke ranjang berukuran king dan kembali menarik laptopnya ke pangkuannya, “E-mail baru...” gumamnya sama sekali tidak menggoyahkan pendirian Yoona yang masih menatapi kota Los Angeles.
            “Yoona-yya, e-mail untukmu.” ujar Kibum kemudian, dan itulah yang berhasil memisahkan Yoona dengan pemdangan kota LA. Yeoja itu mendekati Kibum kemudian menyandar di bahu kokoh Kibum dan menarik laptop dari pangkuan Kibum ke pangkuan Yoona.
            “Hm?” Yoona mengerutkan kening membaca subject e-mail yang tertuju untuknya itu.
From :Emaint  <maxwax_TM@scut.kr>
To : Yoona_Im  <IYM_ah@go.kr>
Subject : The Three Angel?
            Mungkin anda tidak mengenal saya. Namun, saya mengenal anda. Lama sekali saya mengenal anda. Namun saya tidak bisa menyapa dan menatap anda lebih dekat. Cukup dari jauh dan jangkaun cyber world. Selama ini tidakkah kau sadar, kau itu diikuti oleh seseorang. Seseorang yang mengantongi identitas asli mu dan the three angel. Entah darimana aku mendapat keberanian untuk mengirim mu e-mail, tetapi ini sudah aku kirim dan ku harap kau menghargainya.
            “Perlu ku bantu?” Kibum membuka mulut untuk menawarkan bantuan kepada sang kekasih. Siapa tahu skill hacker-nya bisa membantu Yoona. Yoona menoleh kemudian menggeleng, “Sebenarnya ingin tetapi lihat e-mail address orang ini.”
            Kibum hanya memasang wajah datar selama membaca e-mail address si pengirim e-mail, “Scut.kr. Hanya dipakai oleh hacker profesional yang memiliki wewenang dan berjalan di arah positif.
            “Maka dari itu, aku tidak ingin kau terlibat.”
            Manik Cokelat bening yang berhasil membuat Kim Kibum bertekuk lutut kepadanya itu bergerak, menatap sebuah tombol di bawah e-mail yang bertuliskan ‘replay’. Jari-jari lentik dengan hiasan kutek biru di setiap kuku panjangnya, menari-nari bebas di atas tuts-tuts keyboard laptop.
From : Yoona_Im  <IYM_ah@go.kr>
To :Emaint   <maxwax_TM@scut.kr>
Subject : 1st replay
            Siapa kau? Apa mau mu?
            Memejamkan mata sebentar sembari menyandar di bahu Kibum adalah waktu yang benar-benar singkat untuk si pengirim e-mail dengan email address maxwax_TM@scut.kr membalas,
From : Emaint  <maxwax_TM@scut.kr>
To : Yoona_Im  <IYM_ah@go.kr>
Subject : ...
            Aku sudah mengirim e-mail yang sama kepada kedua temanmu. Bersatulah kembali. Kalian terlihat cantik dan sempurna saat bertiga. Setelah itu, carilah aku dan kau akan dapat jawab dari apa yang ku inginkan.
            ‘sial’ batin Kibum saat berusaha melacak e-mail yang berhasil membuat wajah cantik Yoona memucat. Seperti kata Yoona, orang ini memakai scut.kr menandakan bahwa ia orang yang benar-benar kebal di cyber world. Nihil yang Kibum dapat, Kibum tidak bisa apa-apa karena e-mail ini sangatlah sulit dilacak.
            Yoona bangkit dari ranjang kemudian mencari ponselnya.
***
            Seo Joohyun tidak habis pikir apa yang ia lakukan semalam hingga ia tidak kuat untuk membuka mata. Rasanya, rasa kantuk dan rasa pegal-pegal menghantuinya. Menempel lekat di tubuhnya dan susah untuk dilepaskan.
            “Ommo—adikku baru bangun rupanya.” Yeoja cantik dengan penampilan super elegan membuka pintu kamar Seohyun kemudian berlari untuk memeluk sang adik.
            Ia—Seo Inyoung kakak Seohyun, tidak akan melepaskan sang adik jika Seohyun belum lekas mandi. Karena hari ini, Inyoung sudah berencana akan mengajak sang adik kembali ke Seoul.
            “Memang kenapa sih Eonni menyuruhku cepat-cepat kembali ke Seoul?” tanya Seohyun dengan senyuman manis terpahat di bibir mungilnya.
            Yeoja yang sibuk membuka bagasi jaguarnya menoleh kilat, “Eonni lelah dikekang terus di rumah. Tidak boleh ke mana-mana. Hanya boleh duduk dan bercakap dengan Appa dan Eomma soal pernikahan yang masih 4 bulan lagi. Makanya, saat ada kesempatan mengantarmu ke Seoul betapa semangatnya Eonni mu ini.”
            Senyuman angel khas Seohyun tidak pernah lepas dari bibirnya jika di hadapan sang kakak, “Tapi tetap saja eonni tidak bisa menginap.” Seo Inyoung memperbesar matanya, “Kenapa?”
            “Aku ada urusan yang membuatku tidak akan tidur di apartement ku malam ini.”
            Putus asa. Itulah yang sedang melanda hati Inyoung. Tanpa banyak bicara Inyoung mulai menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi, dan tidak ada jeritan dari Seohyun seperti biasanya. Membuat yeoja berbalut rok mini di musim gugur menatapnya tidak percaya, “Kau... Sudah tidak takut kecepatan tinggi?”
            Seohyun yang sedang asyik dengan iPad-nya menoleh kemudian mengangguk-angguk tidak jelas, “Aku... mencoba menahan jeritanku eon.”
            “Baiklah.”
            Manik Seohyun membesar saat membaca new e-mail untuknya.
From :Emaint  <maxwax_TM@scut.kr>
To : Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
Subject : The Three Angel?
            Mungkin anda tidak mengenal saya. Namun, saya mengenal anda. Lama sekali saya mengenal anda. Namun saya tidak bisa menyapa dan menatap anda lebih dekat. Cukup dari jauh dan jangkaun cyber world. Selama ini tidakkah kau sadar, kau itu diikuti oleh seseorang. Seseorang yang mengantongi identitas asli mu dan the three angel. Entah darimana aku mendapat keberanian untuk mengirim mu e-mail, tetapi ini sudah aku kirim dan ku harap kau menghargainya.
            Jika bisa, mampu, dan tidak akan dicurigai, Seohyun sudah bersiap untuk membanting iPad-nya kemudian memukul kaca jendela sekuat-kuatnya. Setelah menenangkan dirinya sendiri di beberapa detik, Seohyun mulai menyentuhkan jarinya ke layar dan mengetik perlahan dengan penuh pemikiran balasan e-mai itu.
From :Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
To : Emaint  <maxwax_TM@scut.kr>
Subject : Replied
            Apakah 100 won cukup?
            Dengarkan aku... aku tidak peduli siapa kau dan apa tujuanmu. Tetapi karena kau membawa-bawa the three angel aku menjadi tertarik dan peduli. Jadi jawab aku! Siapa kau dan apa tujuanmu?
            “Joohyun, traktir eonni ya?” Inyoung membuka mulut tiba-tiba, dan hanya direspon anggukan kepala.
            Pip
            Seo Inyoung menoleh dan mencoba membaca e-mail yang baru saja tertera di layar iPad Seohyun, “Kau sedang bertukar e-mail? Tumben. Setahu eonni kau orang yang tertutup. Ternyata kau berbagi alamat e-mail juga.”
            Seohyun tidak mengubris sama sekali ocehan sang eonni, Ia sibuk dengan e-mail balasan dari Emaint.
From : Emaint  <maxwax_TM@scut.kr>
To : Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
Subject : ...
            Aku sudah mengirim e-mail yang sama kepada kedua temanmu. Bersatulah kembali. Kalian terlihat cantik dan sempurna saat bertiga. Setelah itu, carilah aku dan kau akan dapat jawab dari apa yang ku inginkan.
            Membaca e-mail itu Seohyun jadi teringat kepada dua sahabatnya yang sudah lama tidak ia hubungi.
            Dan tepat saat Seohyun hendak menghubungi kedua sahabtanya, Ia mendapat e-mail baru.
From : Yuri0505   <Yuri_Kwon@nav.kr>
To : Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
Subject : Panic!
            Seohyun! Kau dapat e-mail dari Emaint?
            Sial! Apa mau sebenarnya orang itu! Ku rasa sudah saatnya kita kembali berkumpul. Tidak ada salahnya juga mencoba...
            Senyuman licik dari sisi black Seohyun muncul.
From : Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
To : Yuri0505  <Yuri_Kwon@nav.kr>
Subject : replied!
            Ku rasa juga begitu.
            Aku sudah sangat penasaran dengan orang ini. Anyway, aku gagal mendapatkan info tentang anak si Jessica Jung.
            Beberapa saat kemudian.
From : Yuri0505   <Yuri_Kwon@nav.kr>
To : Joohyun_ah  <Seo_Tea@nav.kr>
Subject : Anonymous
            Tenanglah. Aku sudah mendapatkannya.
            Seringai licik bak ratu setan diukir Seohyun di bibirnya sendiri. Ia tidak sadar, ekspresinya sedari tadi sangat memancing rasa penasaran sang kakak.
TBC

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cynthiamaydee's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review