cynthiamaydee proudly present
new holiday fanfiction
2014©this-is-cynthia.blogspot.com
Starring
Kwon Yuri
Im YoonA
Seo Joo Hyun
another kpop idol
WARNING! TYPOS EVERYWHERE!
this fanfiction... Begin!
Chap
1
Seoul,
South Korea, 1989
Tak...
Tak...
Tak...
Denduman
hak sepatu boot
menggema saat menyentuh permukaan lantai kayu. Mantel musim dingin hitam pekat
menutupi seluruh lekuk tubuh mungil yeoja itu. Sama sekali tidak membuat tubuh mungilnya hangat saat diterpa
hujan salju beberapa detik lalu.
“Bagaimana
bisa rumah asri seperti ini tidak ada tungku penghangat.” omelnya entah tertuju
pada siapa.
“Ah?
Kau sudah sampai rupanya, Kim Taeyeon.”
Kim
Taeyeon yang merasa terpanggil mendongakkan kepalanya, dan tersenyum saat manik
cokelatnya menangkap sesosok yeoja tak kalah cantik dengannya tersenyum,
menunjukan eye-smile, “Mana Sica?”
“Maju
saja 3 langkah.” sahut yeoja yang tetap berdiri di lantai dua.
Taeyeon
tidak langsung maju, melainkan menatap tajam sofa merah-darah di hadapannya,
“Beruang seharusnya aktif saat musim dingin.” ucapnya kemudian barulah Ia
melangkah ke dapur.
Yeoja
yang berdiri menggenggam erat pagar kayu
di lantai dua itu hanya tertawa. Namun, beberapa detik kemudian ia merasa isi
perutnya sedang dikocok-kocok membuatnya harus berlari ke toilet kemudian
memuntahkan isi perutnya. Namun, nihil. Tidak ada yang keluar. Ia hanya sekedar
mual.
“Mm...
Tiffany kau punya wine?”
tanya Taeyeon dari dapur, ia sibuk menggeledah kulkas milik Tiffany tanpa sadar
sang pemilik kulkas sedang kesakitan di toilet.
“Tidak.
Sudah ku habiskan.” tutur seorang yeoja bersurai pirang yang acak-acakan, “Oh? Kau
bangun?”
“Girls...” Tiffany berlari memeluk Jessica dan
Taeyeon dengan berlinang air mata, “Kenapa?”
“Si...
Si... Siwon... Dia... Dia memberiku anak.”
***
Incheon,
South Korea, 2009
Malam musim gugur yang cukup dingin.
Terutama bagi para pejalan kaki yang iseng melihat suasana pantai Incheon di
malam hari. Beberapa orang telah memilih kembali ke rumah untuk sekedar
merapatkan jaket dan berbagi uap panas.
Tetapi dinginnya malam itu tidak
menggoyahkan pendirian seorang yeoja dengan
rambut berantakan. Ia terus duduk di atas pasir putih dan menatap kosong ke
lautan luas sana.
“Seo...” segelombang suara yang
membawa namanya terdengar tepat di telinga yeoja
itu walau tertutup rambut. Alih-alih mengedarkan pandangan, yeoja itu menjawab, “Ke mana saja kau
selama 6 jam ini?”
Ucapan dingin tanpa ekspresi itu
tidak segera dijawab oleh sang penyulut pembicaraan itu, “Jjong... Kau di
sana?” tutur Seohyun—yeoja yang
berdiam diri di pantai.
“Ya. Tentu aku masih di sini.” jawab
namja di sebrang sana.
Seohyun membetulkan letak earphone tersembunyinya, “Kau di mana
Kim Jonghyun? Tak tahu kah kau sudah lebih dari 6 jam aku duduk di sini?” tanya
Seohyun terdengar lelah.
Namja
di sebrang sana kembali tidak menjawab. Seohyun tahu namja yang ia panggil Kim Jonghyun itu pasti sedang sibuk menghisap
sebatang tembakau gulung,
“Aku merubah tempat kita bertemu.”
jawab Jonghyun kemudian.
Seohyun yang mulai resah dan kesal
bangkit kemudian melepas satu earphone
yang menempel di telinga kirinya, “Ku rasa tidak perlu lagi kita bahas masalah
ini. Kau tahu, kau sangat...” Jonghyun berhasil memotong omelan yeoja berwajah polos itu, “Aku membawa
pesananmu. Yeoja yang ternyata cantik
juga.”
Seohyun terdiam. Ia menghentikan
langkahnya dan melepaskan tangannya yang siap melepas earphone satunya lagi, “Di mana kau sekarang?”
“Hahaha... Parkiran taman Incheon.”
***
Cantik. Bertubuh indah. Pintar.
Kaya. Famous. Bertalenta.
Betapa lengkap sudah kehidupan
seorang Jung Soo Jung, atau mungkin lebih dikenal sebagai Krystal Jung. Yeoja muda yang baru genap berumur 18
tahun itu sedang membaca buku kimia di ruang tunggu sebuah butik terkenal di
daerah Myeondong.
“Krystal cantik... Kemarilah. Lihat dress ini.” Seorang namja cantik dengan penampilan modis keluar dari sebuah bilik
bercat pink. Menandakan bilik itu
adalah bilik percobaan milik sang namja untuk
mencocokan kain dan warna dengan desain yang sudah ia buat sebelumnya di ruang
kerjanya.
Krystal mendesah lelah sebelum menutup
buku dan beranjak dari sofa bulu-nya. Mendekati sang desainer ‘rempong’—menurut
Krystal—itu dan menyentuh perlahan dress merah
marun dengan hiasan bulu merak di dada sebelah kiri, “Kain yang bagus oppa.” puji Krystal kemudian.
Namja
modis yang memang seorang desainer itu tersenyum kemudian menyerahkan dress yang tergantung di gantung baju
hitam kepada Krystal, setelah itu ia merapikan rambut pirang se-bahunya.
Krystal menatap Heechul Kim—desainer itu—aneh kemudian kembali angkat suara, “Style yang bagus oppa. This day full of pink.
Aku suka kacamata pink mu itu oppa.”
Krystal beranjak ke kamar pas saat
Heechul memuji-muji dirinya sendiri. Diam-diam ia terkikik saat menyadari bahwa
Heechul sangatlah narsis. Saat sadar bahwa dirinya ditunggu oleh Heechul di
luar kamar pas sana, Krystal segera berganti pakaian. Memasangkan dress merah marun ke tubuh indahnya.
“Krystal... Palli.”
Heechul Kim kembali menatap jam
tangannya. Dan apa yang ia tunggu-tunggu keluar juga.
Krystal Jung—model kesayangannya,
keluar dengan sangat cantik dan perfect di
mata Heechul. Terutama karena dia memakai dress
rancangannya. Heechul memang tidak pernah selesai memuji kecantikan dan
keindahan tubuh Krystal jika modelnya itu sudah berjalan ke arahnya terlebih
dengan dress rancangannya, “Perfect.” Heechul mengacungkan dua jari
tangannya.
“Boleh aku memberi saran oppa?” tanya Krystal. Heechul
mengangguk, “Sure.”
“Dress
ini terlalu sempit di pinggang. Membuat bentuk tubuh kita menjadi aneh.
Mungkin bagi orang seperti ku tidak. Tetapi bagi yang menyimpan banyak lemak di
perut walau ia terlihat kurus bagaimana? Calon pembeli dress oppa ini kan tidak hanya aku dan orang-orang seperti ku.”
saran Krystal panjang lebar dan berhasil membuat Heechl ternganga. Bukan karena
merasa diremehkan oleh Krystal. Namun ia merasa, Krystal memiliki bakat
sepertinya.
“Perfect.
Kau berbakat. Mulailah belajar desiner, oke
cantik.” Heechul mencolek pipi Krystal kemudian pergi menuju ruangannya
sendiri.
“Terlihat cantik.” Asisten pribadi
Heechul mendatangi Krystal kemudian memberi pujian—Krystal tahu ujung-ujungnya namja jangkung berwajah China ini akan
memaksanya secepat mungkin melepas dress Heechul.
“Hankyung oppa. Aku sudah hafal sikapmu. Tunggu sebentar, biarkan aku
berganti dulu.” sahut Krystal beranjak ke kamar pas. Membuahkan tawa enyah dari
asisten pribadi Heechul—sebut saja Hankyung.
Hankyung dan Krystal berjalan
bebarengan menuju ruang kerja Heechul dengan tangan penuh membawa berbagai
macam dress rancangan Heechul.
Sesekali tawa mengikuti langkah mereka, “Dan kau tau Soojung... Pada akhirnya namja bodoh itu tercebur di sungai Han.
Bodoh sekali...”
Krystal tidak berhenti tertawa, apa
yang baru saja diceritakan oleh Hankyung sangatlah menghiburnya, “Oppa, kau bisa kimia?” tanya Krystal tiba-tiba.
Sangat tidak nyambung dengan percakapan mereka sebelumnya.
“Hm...
Kau ingin aku mengajarimu?”
“Ayolah oppa. Besok aku ulangan. Jangan bilang tidak bisa. Aku tahu kau
hebat di IPA.” sahut Krystal dengan tampang memohon. Hankyung mendengus, “Apa-apaan
yeoja ini? Kenapa kau sama saja
dengan Heechul?”
Krystal masih memohon, “Oppa... Ajari aku atau aku akan
mencontek.”
Sensitif. Hankyung tipe orang yang sangatlah
sensitif dengan kata-kata mencontek, siapa pun yang kenal dengan Hankyung
terjamin akan dimusuhin Hankyung hanya karena ketahuan mencontek olehnya. Namja tampan bertampang China itu
mendengus sekali lagi, “Kau ini. Baiklah. Tapi traktir aku makan...”
***
Di tempat lain yang masih sama-sama
terangkup di negara bernama Korea Selatan, seorang yeoja jangkung dengan tubuh indah sibuk bergelut dengan alat-alat
keras di gedung Gym.
“Hai Yul.” Seorang namja bertubuh kekar menepuk bahu Yuri.
Membuat yeoja sexy itu membalikan
badan, “Hallo Taec.” sapanya balik
kepada sang pelatih gym-nya.
“Kau terlalu sibuk ber-gym, lihat ada panggilan masuk untukmu.”
Entah sejak kapan ponsel Yuri berada di tangan Taecyeon. Yeoja itu melotot kemudian merebut ponselnya, “Kau tidak
membuka-bukanya kan?” tanyanya curiga. Kalau barang lain sih Yuri tidak peduli.
Taecyeon mengerutkan kening,
“Tidaklah. Aku hanya mengambilnya karena kau meletakannya di samping tas dan
kebetulan ada panggilan masuk.” Yuri mengangguk kemudian menjauh dari Taecyeon.
Menghirup udara segar dari balkon yang menyajikan pemandangan super duper
indah. Kota Seoul di malam hari yang dilihat dari daerah Namsang.
“Yoboseyo?”
“Beri
tahu aku, siapa yang perlu ku dapatkan?” suara kalem milik seorang yeoja yang Yuri sendiri tidak tahu
keberadaannya, langsung di sambut meriah oleh telinga Yuri.
“Memang kau di mana?”
“Incheon.”
Seutas seringai tak berarti berukir
di bibir Yuri, “Si Choi kecil.”
Tawa sinis di sebrang telfon sana
lah yang menjawab, “Tepat.”
***
“Kau kah Choi Jinri?”
Tangisan. Mengapa semua yeoja remaja hanya bisa menangis saat di
situasi seperti ini—sungguh memuakan bagi Seohyun yang sudah berhadapan
langsung dengan Choi Jinri, “Jangan menangis. Aku hanya ingin tanya—Kau...?
Tahu siapa anak Jessica Jung?”
Jinri terdiam. Bukan sedang berpikir
yang mana anak Jessica Jung di tengah ratusan temannya. Ia terdiam karena
bingung, harus menjawab ‘tahu’ atau ‘tidak tahu’.
“Jinri-yya. Kau tahu namja itu?”
Seohyun menunjuk Jonghyun yang sedang merokok di luar mobil. Jinri tidak
menjawab, Jinri tidak mau yeoja iblis—menurut
Jinri—ini mendengar segelombang suaranya.
Melihat Jinri yang bungkam, Seohyun
tersenyum kemudian menjelaskan paksa siapa Jonghyun, “Dia pecinta sex. Dia itu bad boy. Hanya dengan melihatmu seperti ini, ia juga ingin
merasakanmu. Kau tak tahu maksudku bocah kecil? Aku bilang ia bisa saja
mengambil harga dirimu. Dan membuangmu begitu saja setelah merasakanmu. Kau
mau—?”
Ancaman. Saat itu juga Jinri
mengutuk Seohyun, hanya kutukan dalam hati. Jinri tetap bungkam, “Dasar. Bocah
ini benar-benar tak berguna! Habiskan saja malammu bersama Jonghyun!” Seohyun
membentak Jinri sebelum membanting pintu mobil. Ekspresi marahnya tergambar
dengan jelas dan sangat kontras dengan ekspresi Jinri. Wajahnya yang terlihat
lelah berlinang air mata, yeoja itu
terus menangis, menangis pilu dengan meminimkan volume-nya, “Minho oppa. Minho oppa...” Di sela-sela isakannya, ia masih sempat memanggil nama
seseorang.
“Hai Jinri...” sapa Jonghyun kembali
duduk di kursi kemudi. Senyuman mesum khas-nya terpahat jelas di bibir sexy-nya, senyuman itu membuat bulu roma
Jinri berdiri. Jinri merasakannya, namja bernama
Jonghyun itu akan benar-benar mengambil ‘milik’-nya yang terpenting itu.
Saat Jonghyun mengunci semua pintu
mobil, tangis Jinri semakin keras. Tetapi itu tidak menggetarkan hati Jonghyun,
namja itu justru tersenyum dan berkata,
“Kau ingin di mana? Ku rasa motel kedap suara sudah cukup. Pertahankan jeritanmu.
Sesampainya di motel baru kau boleh menjerit sesukamu.”
Jinri mengutuk hari ini. Mengutuk
Seohyun. Mengutuk Jonghyun. Mengutuk siapa saja yang terlibat dalam penculikan
ini. Bahkan ia juga mengutuk dirinya sendiri, “Lepas... Lepaskan aku... Biarkan
... Aku pulang!”
“Stt...
nikmati saja malam ini.”
Jinri mencoba bangkit dan menyandar
pada pintu, perlahan tapi pasti ia memukul-mukul kaca jendela, “KAU! KELUARKAN
AKU!!” Seohyun yang memang tidak mendengar jeritan Jinri menggidikan bahu
kemudian masuk ke mobilnya sendiri.
Tamatlah
riwayatmu Choi Jinri.
“MINHO OPPA!!”
***
Namja
jangkung dengan tubuh sixpack itu
mensejajarkan langkahnya dengan seorang yeoja
cantik, mereka melangkah dalam keheningan dan kedamaian malam. Tak banyak
yang bisa mereka bicarakan, bukan karena mereka memang pendiam. Melainkan
mereka sedang sama-sama bergelut di pikiran masing-masing.
“Anyway,
Yul... Kenapa kau tiba-tiba menanyakan Jessica Jung?” tanya si namja sembari merapatkan tali tas
punggungnya. Yuri menoleh, “Kau tidak akan percaya saat aku berkata alasan
sesungguhnya.”
Taecyeon hanya bisa mengikuti Yuri
yang tiba-tiba masuk dan langsung duduk ke sebuah rumah makan kecil bergaya
China, Taecyeon jadi teringat janji Yuri tadi. Jika ia berhasil memberi
informasi tentang Jessica Jung, Yuri akan meneraktirnya, “Soju?” Yuri menyodorkan sebotol soju
yang sempat ia ambil saat masuk.
“Thanks...”
Taecyeon menerima botol itu kemudian meneguknya, “Alasan ku, karena aku
penasaran.”
Manik hitam bening bak onyx itu membesar, tetapi melihat
senyuman Yuri seolah menjadi penawar ketidak percayaannya, “Ani. Aku percaya...”
Kali ini ganti manik Yuri lah yang
membesar, ia tidak menyangka pelatih gym-nya
punya sisi berbeda. Sisi yang tidak sempat terpikir bahwa ia memilikinya saat pertama
bertemu, “Thanks kalau begitu...”
“Bukan begitu Krystal Jung!” seru
seorang namja yang duduk bersama yeoja di meja pojok. Bukannya penuh oleh
makanan, meja bernomor 4 itu penuh dengan buku. Yuri menoleh dan menatap tajam
dua orang itu,
“Lalu bagaimana? Cara yang sedari
tadi oppa ajarkan, aku tidak bisa.”
keluh yeoja yang sudah pasti Krystal
Jung. Manik Yuri semakin membesar, ia pernah mendengar nama Krystal Jung. Dan
wajah Krystal Jung mengingatkannya pada seseorang.
“Yul...”
“Taec, menurutmu ada kemungkinan
tidak Krystal Jung itu—anak Jessica Jung?” tanya Yuri menunjuk Krystal. Setelah
menoleh kilat, Taecyeon langsung menjawab sebelum meneguk segelas soju, “Ada.”
Sesuatu bergetar di saku celana jins
Yuri, membuat sang empu harus merogohnya. Setelah melihat nama yang tertera di
layarnya, Yuri bangkit, “Aku ada urusan penting. Pakai saja kartu ini untuk
membayar. Aku pergi dulu—“ Yuri berlari meninggalkan Taecyeon.
“Aish...
Apa-apaan yeoja itu!”
Sekonyong-konyong, Taecyeon mulai
tertarik dengan satu namja dan satu yeoja yang sedang mendebatkan rumus
Kimia itu. Dengan hati mantap, Taecyeon beranjak dan mendekati meja nomor 4
itu, “Itu namanya Konfigurasi Elektron. Jika kulit ke n itu 4 berati kulit ke 2n2
pasti 32.” sambung Taecyeon.
“Nah—“ Hankyung mengetuk kepala
Krystal, “Apa ku bilang?! Mengapa kau ngotot kalau 16?!”
“Maaf.” ucap Krystal sembari
tertunduk. Tetapi, beberapa detik kemudian, ia sudah menyuruh Taecyeon duduk
bersama mereka untuk belajar bersama. Mereka belajar Kimia bersama cukup lama.
Setelah hampir satu jam bergelut ke
dua orang ini, Taecyeon mulai mengeluarkan rencana aslinya, “Kalian tahu
mengapa aku pintar Kimia? Karena aku menyukainya.”
“Jinjja?
Apa yang membuatmu suka? Aku saja benci.” tutur Krystal.
Entah mengapa, eskpresi Yuri tadi
yang memancingnya untuk melakukan ini, “Karena aku fans dari seorang Jessica Jung. Dan aku tahu Jessica Jung pandai
Kimia.”
***
Kicauan burung yang membangunkan
seorang yeoja. Kicauan yang dikutuk
oleh sang yeoja karena ia benar-benar
tidak mau membuka matanya. Entah mengapa ia malah berharap meninggal saat ini
juga.
“Jinri-yya... bangun—“ Jonghyun yang sedang memakai handuk baju menyentuh
pangkal kepala Jinri. Membuat Jinri mengeliat kemudian semakin menutupi
tubuh-nya yang full naked dengan
selimut.
“Jinri-yya...”
“Lepas!” bentak Jinri menepis tangan
Jonghyun.
Jonghyun yang tahu perasaan Jinri
hanya tersenyum, “Mandilah. Aku sudah menyiapkan seragammu plus breakfast special.” Terdengar langkah Jonghyun yang menjauhi
ranjang lalu menutup pintu.
Jinri sama sekali tidak bergeming,
ia tetap menidurkan tubuh panjangnya di ranjang empuk yang sudah berantakan, ‘sekolah ia bilang. Tidakkah ia berfikir
tubuhku sakit semua! Sial—‘ batin Jinri. Sesaat kemudian, ponsel Jinri
berdering dan mengingatkannya bahwa hari ini ada ulangan Kimia. Jinri yang
merasa kesulitan dalam kimia tidak mau harus ulangan sendiri. Makanya, ia
terpaksa membawa tubuh-nya yang kesakitan itu beranjak ke kamar mandi.
Jonghyun memasuki kamar motelnya
dengan wajah segar. Ia merapikan kemeja biru tua-nya dan itu membuat Jinri yang
sedang memasang dasi kupu-kupu terpekik, “K... Kau masih SMU?”
“Hm... mm...” Jonghyun mendekati
Jinri kemudian merapikan rambut panjang Jinri, “St.Velate International High School.” ucapnya tepat di telinga
Jinri. Lagi-lagi yeoja itu terpekik, ‘Siswa SMU terpandang kenapa berkelakuan
seperti ini—?’ batinnya lagi.
“Jinri-yya. Dengarkan aku... Jangan sekali-kali kau berani bilang apa yang
telah ku perbuat semalam. Siapa yang kau temui semalam dan apa yang ia katakan
semalam. Jika kau berani membuka mulut sedikit saja, akan ku pastikan. Oppa mu...” Jonghyun menegakan tubuhnya
yang sedari tadi membungkuk untuk mensejajarkan Jinri yang terduduk—pasalnya,
apa yang telah diperbuat Jonghyun semalam benar-benar membuat Jinri tidak dapat
berjalan, boro-boro berjalan, berdiri saja sakit sekali. “Riwayatnya akan
segera berakhir.”
Jinri terdiam kemudian mendongakkan
kepalanya, “Jika... Jika aku hamil?” tanyanya setengah takut.
“Hm...”
Jonghyun menatap Jinri manis—sorotan matanya sangat manis, tidak menonjolkan
kesan mesum, “Berdoa saja aku ingat kalau itu anakku.” ucapan yang menusuk
langsung ke hati Jinri, “Ayo berangkat!”
***
“Kenapa menatap luar terus?” seorang
namja mengusap bahu yeoja cantik yang berdiri menyandar
kepada pagar balkon apartement berbintang di LA bertumpu dengan sikunya.
Yeoja
itu menoleh kemudian mencium kilat bibir sang namja, “Pemandangan cantik yang langka ku temui.”
“Kau jatuh cinta pada LA?” namja tampan dengan tinggi semampai
merengkuh pinggul si yeoja, “Ani. Mengapa oppa bertanya seperti itu?” jawab si yeoja tetap saja melempar pertanyaan,
“Im Yoona, Kau ini lebih sering
menatap LA daripada kekasih mu yang tampan ini—“ ujar si namja menciumi pundak Yoona. Yeoja
terpanggil Yoona itu tersenyum kemudian menjawab, “Karena LA lebih cantik
daripada oppa.”
“Jelaslah... Aku ini tampan. Kau
ini...”
Kim Kibum—kekasih Yoona, beranjak ke
ranjang berukuran king dan kembali menarik
laptopnya ke pangkuannya, “E-mail
baru...” gumamnya sama sekali tidak menggoyahkan pendirian Yoona yang masih
menatapi kota Los Angeles.
“Yoona-yya, e-mail untukmu.”
ujar Kibum kemudian, dan itulah yang berhasil memisahkan Yoona dengan pemdangan
kota LA. Yeoja itu mendekati Kibum
kemudian menyandar di bahu kokoh Kibum dan menarik laptop dari pangkuan Kibum
ke pangkuan Yoona.
“Hm?”
Yoona mengerutkan kening membaca subject e-mail
yang tertuju untuknya itu.
From
:Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
To
: Yoona_Im <IYM_ah@go.kr>
Subject
: The Three Angel?
Mungkin anda tidak mengenal saya.
Namun, saya mengenal anda. Lama sekali saya mengenal anda. Namun saya tidak
bisa menyapa dan menatap anda lebih dekat. Cukup dari jauh dan jangkaun cyber world. Selama ini tidakkah kau sadar, kau itu diikuti oleh seseorang.
Seseorang yang mengantongi identitas asli mu dan the three angel. Entah darimana aku mendapat keberanian
untuk mengirim mu e-mail, tetapi ini
sudah aku kirim dan ku harap kau menghargainya.
“Perlu ku bantu?” Kibum membuka
mulut untuk menawarkan bantuan kepada sang kekasih. Siapa tahu skill hacker-nya bisa membantu Yoona.
Yoona menoleh kemudian menggeleng, “Sebenarnya ingin tetapi lihat e-mail address orang ini.”
Kibum hanya memasang wajah datar
selama membaca e-mail address si
pengirim e-mail, “Scut.kr. Hanya dipakai oleh hacker profesional yang memiliki
wewenang dan berjalan di arah positif.”
“Maka dari itu, aku tidak ingin kau
terlibat.”
Manik Cokelat bening yang berhasil
membuat Kim Kibum bertekuk lutut kepadanya itu bergerak, menatap sebuah tombol
di bawah e-mail yang bertuliskan ‘replay’. Jari-jari lentik dengan hiasan
kutek biru di setiap kuku panjangnya, menari-nari bebas di atas tuts-tuts keyboard laptop.
From
: Yoona_Im <IYM_ah@go.kr>
To
:Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
Subject
: 1st replay
Siapa kau? Apa mau mu?
Memejamkan mata sebentar sembari
menyandar di bahu Kibum adalah waktu yang benar-benar singkat untuk si pengirim
e-mail dengan email address maxwax_TM@scut.kr
membalas,
From
: Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
To
: Yoona_Im <IYM_ah@go.kr>
Subject
: ...
Aku sudah mengirim e-mail yang sama kepada kedua temanmu. Bersatulah kembali. Kalian terlihat
cantik dan sempurna saat bertiga. Setelah itu, carilah aku dan kau akan dapat
jawab dari apa yang ku inginkan.
‘sial’
batin Kibum saat berusaha melacak e-mail
yang berhasil membuat wajah cantik Yoona memucat. Seperti kata Yoona, orang
ini memakai scut.kr menandakan bahwa
ia orang yang benar-benar kebal di cyber
world. Nihil yang Kibum dapat, Kibum tidak bisa apa-apa karena e-mail ini sangatlah sulit dilacak.
Yoona bangkit dari ranjang kemudian
mencari ponselnya.
***
Seo Joohyun tidak habis pikir apa
yang ia lakukan semalam hingga ia tidak kuat untuk membuka mata. Rasanya, rasa
kantuk dan rasa pegal-pegal menghantuinya. Menempel lekat di tubuhnya dan susah
untuk dilepaskan.
“Ommo—adikku
baru bangun rupanya.” Yeoja cantik
dengan penampilan super elegan membuka pintu kamar Seohyun kemudian berlari
untuk memeluk sang adik.
Ia—Seo Inyoung kakak Seohyun, tidak
akan melepaskan sang adik jika Seohyun belum lekas mandi. Karena hari ini,
Inyoung sudah berencana akan mengajak sang adik kembali ke Seoul.
“Memang kenapa sih Eonni menyuruhku cepat-cepat kembali ke
Seoul?” tanya Seohyun dengan senyuman manis terpahat di bibir mungilnya.
Yeoja
yang sibuk membuka bagasi jaguarnya menoleh kilat, “Eonni lelah dikekang terus di rumah. Tidak boleh ke mana-mana.
Hanya boleh duduk dan bercakap dengan Appa
dan Eomma soal pernikahan yang
masih 4 bulan lagi. Makanya, saat ada kesempatan mengantarmu ke Seoul betapa
semangatnya Eonni mu ini.”
Senyuman angel khas Seohyun tidak pernah lepas dari bibirnya jika di hadapan
sang kakak, “Tapi tetap saja eonni tidak
bisa menginap.” Seo Inyoung memperbesar matanya, “Kenapa?”
“Aku ada urusan yang membuatku tidak
akan tidur di apartement ku malam
ini.”
Putus asa. Itulah yang sedang
melanda hati Inyoung. Tanpa banyak bicara Inyoung mulai menjalankan mobil
dengan kecepatan tinggi, dan tidak ada jeritan dari Seohyun seperti biasanya.
Membuat yeoja berbalut rok mini di
musim gugur menatapnya tidak percaya, “Kau... Sudah tidak takut kecepatan
tinggi?”
Seohyun yang sedang asyik dengan iPad-nya menoleh kemudian mengangguk-angguk
tidak jelas, “Aku... mencoba menahan jeritanku eon.”
“Baiklah.”
Manik Seohyun membesar saat membaca new e-mail untuknya.
From
:Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
To
: Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
Subject
: The Three Angel?
Mungkin anda tidak mengenal saya.
Namun, saya mengenal anda. Lama sekali saya mengenal anda. Namun saya tidak
bisa menyapa dan menatap anda lebih dekat. Cukup dari jauh dan jangkaun cyber world. Selama ini tidakkah kau sadar, kau itu diikuti oleh seseorang.
Seseorang yang mengantongi identitas asli mu dan the three angel. Entah darimana aku mendapat keberanian
untuk mengirim mu e-mail, tetapi ini
sudah aku kirim dan ku harap kau menghargainya.
Jika bisa, mampu, dan tidak akan
dicurigai, Seohyun sudah bersiap untuk membanting iPad-nya kemudian memukul kaca jendela sekuat-kuatnya. Setelah
menenangkan dirinya sendiri di beberapa detik, Seohyun mulai menyentuhkan
jarinya ke layar dan mengetik perlahan dengan penuh pemikiran balasan e-mai itu.
From
:Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
To
: Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
Subject
: Replied
Apakah 100 won cukup?
Dengarkan aku... aku tidak peduli
siapa kau dan apa tujuanmu. Tetapi karena kau membawa-bawa the three angel aku menjadi tertarik dan peduli. Jadi jawab
aku! Siapa kau dan apa tujuanmu?
“Joohyun, traktir eonni ya?” Inyoung membuka mulut
tiba-tiba, dan hanya direspon anggukan kepala.
Pip
Seo Inyoung menoleh dan mencoba
membaca e-mail yang baru saja tertera
di layar iPad Seohyun, “Kau sedang
bertukar e-mail? Tumben. Setahu eonni kau orang yang tertutup. Ternyata
kau berbagi alamat e-mail juga.”
Seohyun tidak mengubris sama sekali
ocehan sang eonni, Ia sibuk dengan e-mail balasan dari Emaint.
From
: Emaint <maxwax_TM@scut.kr>
To
: Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
Subject
: ...
Aku sudah mengirim e-mail yang sama kepada kedua temanmu. Bersatulah kembali. Kalian terlihat
cantik dan sempurna saat bertiga. Setelah itu, carilah aku dan kau akan dapat
jawab dari apa yang ku inginkan.
Membaca e-mail itu Seohyun jadi teringat kepada dua sahabatnya yang sudah
lama tidak ia hubungi.
Dan tepat saat Seohyun hendak
menghubungi kedua sahabtanya, Ia mendapat e-mail
baru.
From
: Yuri0505 <Yuri_Kwon@nav.kr>
To
: Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
Subject
: Panic!
Seohyun! Kau dapat e-mail dari Emaint?
Sial! Apa mau sebenarnya orang itu!
Ku rasa sudah saatnya kita kembali berkumpul. Tidak ada salahnya juga
mencoba...
Senyuman
licik dari sisi black Seohyun muncul.
From
: Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
To
: Yuri0505 <Yuri_Kwon@nav.kr>
Subject
: replied!
Ku rasa juga begitu.
Aku sudah sangat penasaran dengan
orang ini. Anyway, aku gagal mendapatkan info tentang anak si
Jessica Jung.
Beberapa saat kemudian.
From
: Yuri0505 <Yuri_Kwon@nav.kr>
To
: Joohyun_ah <Seo_Tea@nav.kr>
Subject
: Anonymous
Tenanglah. Aku sudah mendapatkannya.
Seringai licik bak ratu setan diukir
Seohyun di bibirnya sendiri. Ia tidak sadar, ekspresinya sedari tadi sangat
memancing rasa penasaran sang kakak.
TBC
0 komentar:
Posting Komentar